Santri Kalong Ngaji Khusus Ramadan di PP Tebuireng

30 Agu 2010
Kahmi_UIN - Melihat Santri Kalong Ngaji Khusus Ramadan di PP Tebuireng. Kali Pertama, Peserta Pengajian Capai 2.000 Orang

Pasca pemakaman Gus Dur di PP Tebuireng, tidak hanya jumlah santri tetap yang bertambah. Jumlah santri kalong pun ikut naik.

ROJIFUL MAMDUH, Jombang

---

SEMBARI menyulut rokok dan duduk beralas sajadah, sejumlah pemuda tampak serius mengabsahi kitab kuning yang ada di pangkuan. Deru suara kendaraan dan bau menyengat aliran sungai yang bercampur limbah pabrik tebu tak sedikit pun membuat anak-anak yang mengenakan kopiah dan bersarung itu terusik. Di sisi sungai dan jalan raya, para santri dadakan tersebut nyaman mengikuti pengajian khusus Ramadan di Pesantren Tebuireng.

Setiap malam bulan Ramadan, ratusan santri dadakan atau yang biasa disebut santri kalong memang memadati pesantren Tebuireng. Guna mengikuti pengajian kitab yang diasuh KH Iskak Latief. Yang kali ini membacakan kitab Tasfiyatul Qulubi Biaqawilil Ulamai dan dan Mauidzoh bil Hikayati karangan Ahmad Yasin bin Asmuni.

Para santri itu tidak tinggal menetap di pesantren. Mereka hanya datang untuk mengikuti pengajian dengan berangkat dari rumah masing-masing. Sehingga setiap hari harus hilir mudik dari rumah ke pesantren dan dari pesantren ke rumah.

Setiap tahun, jumlah santri yang mengikuti pengajian Kiai Iskak cukup banyak. ''Tapi belum pernah sebanyak ini,'' terang M. Yazid, ketua panitia pengajian. Pada tahun-tahun sebelumnya, jumlah kitab yang terjual darinya rata-rata hanya berkisar 1.000 eksemplar. ''Tapi tahun ini, kitab yang terjual sampai 1.450 eksemplar,'' terangnya. Padahal banyak santri yang ikut pengajian tanpa membawa kitab. Sehingga diperkirakan, jumlah santri yang mengikuti pengajian mencapai 2.000 orang lebih. Saat pengajian, mereka menempati sisi sungai dan jalan raya, area parkir pesantren, serambi masjid hingga halaman sejumlah komplek asrama.

Yazid merupakan pemasok tunggal kitab yang dibaca Kiai Iskak. Sebab memang dia yang mengambil dari percetakan untuk dititipkan di koperasi pesantren dan sejumlah toko sekitar pesantren. Sehingga bisa memantau akumulasi jumlah seluruh kitab yang terjual dan peserta pengajian. Apalagi, selama Ramadan ini, tidak ada ustad lain yang membacakan kitab seperti yang dibaca Kiai Iskak.

''Kiai memang punya santri fanatik. Meski sudah pulang kampung, banyak yang menyempatkan ikut ngaji saat puasa seperti ini,'' terang Yazid. Dia sendiri adalah contohnya. Meski sudah menikah, tinggal dan punya jamaah pengajian sendiri di Surabaya, selama puasa dia masih aktif menjadi panitia pengajian Kiai Iskak. ''Saya niatkan ini untuk mencari berkah kiai. Sebab beliau guru saya. Sampai kapan pun saya ingin belajar dari beliau.''

Tak heran jika peserta pengajian juga banyak datang dari luar kota. Seperti dari Nganjuk dan Kediri. ''Sudah lama saya ingin ikut ngaji di sini, tapi baru puasa ini bisa terwujud setelah ada teman yang mengajak,'' terang Yazid Mawardi, peserta pengajian dari Nganjuk. Sebagaimana biasa, pengajian kitab sudah dikhatamkan malam 19 Ramadan kemarin.

Usai khataman, Kiai Iskak memimpin para santri berdoa ke makam KH Hasyim Asy'ari. ''Rutinitas khataman seperti ini sudah saya lakukan puluhan tahun. Untuk memohon keberkahan dan kemanfaatan ilmu yang kita peroleh pada Allah. Sekaligus untuk pamit pada masyayikh pendiri pesantren bagi para santri yang ingin pulang agar diberi keselamatan dan ilmu yang manfaat,'' tutur Kiai Iskak yang juga menggelar pengajian Seninan di tempat kelahirannya Dusun Pulosari, Desa Prambon, Sidoarjo ini. (yr)

dikutip langsung dari jawapos.co.id)

0 komentar:

 
 
Copyright © KAHMI UIN Malang