Santun Berbahasa

12 Agu 2009
Oleh: Retnaning Laili

Manusia dilahirkan tak terlepas dari adanya bahasa. Karena bahasa adalah salah satu unsur penting dalam diri manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi untuk saling bertukar informasi. Kesalahan menerima informasi akan berdampak pada komunikasi yang tidak lancar. Kesalahpahaman dalam menginterpretasi suatu ujaran dari lawan bicara jika kalimat ujaran tersebut adalah kalimat perintah juga menyebabkan kesalahan dalam melakukan tindakan.

Kesantunan dalam berbahasa mutlak diperlukan. Kesantunan tersebut memberikan kelas tersendiri bagi siapapun yang hendak berkomunikasi. Paham akan 'Who speak what, where, in what condition and situation' (siapa, berkata apa, dimana, dalam situasi dan kondisi seperti apa) akan memuluskan langkah selanjutnya dalam meneruskan ujaran. Hal ini bisa kita lihat pada pemilu presiden bulan juli yang lalu dimana setiap ujaran yang keluar dari para kandidat akan mempengaruhi dimana rakyat akan memilih presiden tersebut. Kesantunan dalam berujar ditunjukkan oleh presiden SBY walaupun tidak menjustifikasi bahwa kandidat yang lain tidak santun dalam berujar. Kehati-hatian dan kekuatan yang ada dalam ujaran yang santun itulah yang menyebabkan rakyat tetap memilih SBY sebagai presiden periode selanjutnya.

Jika menghubungkan bahasa dengan kekuasaan, maka orang yang mempunyai kedudukan jauh lebih berpengaruh ujarannya. Dalam kalimat perintah misalnya; seorang manager yang menyuruh anak buahnya mengerjakan sesuatu, akan dikerjakan dengan segera oleh anak buah tersebut, hal ini dikarenakan Surat Peringatan (SP) akan keluar jika tidak mengindahkan instruksi dari pimpinan. Lain halnya ketika sesama staff yang menyuruh, dipastikan akan ada penundaan pekerjaan, karena dianggap pekerjaan tersebut tidak terlalu urgent. Nah inilah bukti adanya kuasa dalam bahasa. Kesantunan ujaran dalam memberikan perintah mempengaruhi tugas yang diberikan. Ada rasa dalam bahasa. Dua contoh kalimat perintah berikut akan memberikan rasa yang berbeda dari lawan bicara untuk meneruskan perintah yang dibuat oleh seorang pimpinan:

'Bersihkan ruang meeting karena akan ada pertemuan'. (1)
'Minta tolong, bersihkan ruang meeting, karena akan ada pertemuan'. (2)

Diantara kalimat ke-1 dan ke-2 ada perbedaan dari perintah yang dibuat oleh pimpinan. Penambahan 'minta tolong' dirasa jauh lebih santun jika diucapkan dan akan memberikan dampak yang lebih bagi yang disuruh, sehingga pekerjaan akan dilaksanakan dengan senang hati oleh lawan bicara.
Penolakan terhadap perintah yang dilakukan secara halus juga akan memberikan rasa tersendiri bagi pimpinan, ketika seorang staff mampu untuk mengolah bahasa mengucapkannya dengan kata maaf dan memberikan alasan yang sangat rasional tentang alasan penolakan. Kita bisa membandingkan kedua kalimat dibawah ini:

Mohon maaf bapak, saya masih ada pekerjaan yang belum terselesaikan, dan sangat berpengaruh pada seluruh pekerjaan, jika tidak segera diselesaikan nanti saya panggilkan teman saya yang sudah agak longgar. (1)
Maaf, saya tidak bisa, saya belum istirahat. (2)

Antara kalimat pertama dan kedua keduanya mengandung kata 'maaf'. Akan tetapi alasan yang diberikan berbeda. Kalimat pertama memberikan makna permohonan maaf diikuti alasan yang yang masih bisa diterima, sedangkan pada kalimat yang kedua memberikan kesan bahwa staff tersebut tidak berkenan untuk mengerjakan tugas tapi alasan yang diberikan masih jauh dari yang diharapkan oleh seorang pimpinan dan terkesan tidak santun untuk di ungkapkan.

Dari uraian di atas di jelaskan bahwa adanya kesantunan dalam berkomunikasi kepada siapa lawan bicara yang kita hadapi. Pun juga, berbahasa dengan orang yang lebih tua. Ada etika kesopanan yang harus dimengerti. Karena negara kita adalah negara timur dengan label keramahan, meskipun masih muncul ancaman teroris.
Marilah kita bersantun bahasa sehingga komunikasi bisa lancar dan tidak menimbulkan kesalahpahaman.

ref: http://retnaninglaili.blogspot.com/2009/08/santun-berbahasa.html

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Santun berarti beretika... dan beretika berarti ada penghargaan terhadap orang lain. Ini yang mulai langka di negeri ini.

 
 
Copyright © KAHMI UIN Malang