Bangsa yang Sudah Kehilangan Kesabaran

23 Mei 2009
Kahmiuin:Tentunya semua mengetahui fungsinya rambu-rambu Lalu Lintas, tetapi berapa orang yang menyadari betapa pentingnya rambu-rambu lampu lintas yang terpampang di jalan? Rambu dijalan sangatlah penting, tapi mungkin sebagian lagi menggangap itu hanya hiasan di jalan, atau hanya formalitas, boleh dipatuhi boleh juga dilanggar. Atau mungkin bangsa ini sudah kehilangan kesabaran untuk mematuhui peraturan di jalan (rambu-rambu lalu lintas).

Mari kita amati secara jeli perilaku pengendara di jalan, mereka sudah kehilangan kesabarannya. Contoh saja di jalan yang sering saya lewati, yaitu sekitar perempatan ITN, UB, UM. Betapa tidak sabarnya mereka. Lampu merah masih menyala mereka sudah berani menerobos, belum lagi mereka maju dari batas garis putih yang ada, jadi terlalu mencorok masuk kedepan sehingga memakan jalur didepannya, ini sangat menganggu. Semua pengendara pingin mendahului, padahal yang mereka lakukan bisa membahayakan diri mereka sendiri bahkan menganggu keselamatan pengendara lainnya. Sepanjang jalur ini, dari ITN sampai ke SOB Malang merupakan jalur yang lumayan padat, banyak lembaga pendidikan dijalur ini

Sepanjang jalan UB, UM, sampai ke MAN 3 Malang disana banyak persimpangan, ada rambu dilarang belok, tetapi rambu itu dilanggar, memang jika mematuhi peraturan maka pengendara harus memutar agak jauh. Belum lagi banyak pengendara yang ngebut. Jadi jangan heran kalau di daerah ini adalah jalur padat, dan sepanjang jalur ini juga rawan kemacetan dan kecelakaan.

Kemarin, 11/05/09, terjadi kemacetan yang panjang, 4 pencuru arus di perempatan ITN, UB saling berebut mendahului, tidak ada yang mau mengalah, sehingga macet lumayan panjang. hal ini terjadi karena listrik padam, lampu lalu lintas diperempatan itu juga padam.
Masih saya ingat waktu sekitar 3 tahun yang lalu, para pengendara lebih santun, lebih bisa sabar untuk mengikuti peraturan lalu lintas, takut jika melanggar peraturan, sayang akan keselamatan diri, mempertimbangkan kenyamanan berkendara dan menghormati pengendara yang lain, tetapi akhir-akhir ini sepertinya mereka sudah menjadi pemberani untuk melawan rambu-rambu lalu lintas, dan juga sudah berkurangnya kualitas kesabaran yang meraka miliki, tidak ada saling menghormati pengendara yang lain, padahal mereka juga butuh keselamatan, sepertinya kita sudah terjangkit penyakit egois, ketidaksabaran dan tidak mau menghargai orang lain dan menghormati pak polisi yang sudah memasang rambu-rambu demi kelancaran dan keamanan pengguna jalan.

Fenomena ketidaksabaran bangsa ini dalam berkendara hanya sebagian contoh kecil kualitas psikologis bangsa ini, dan masih banyak praktek ketidaksabaran. Lihat kasus demontrasi yang anarkis, tawuran warga, pembunuhan yang hanya disebabkan persoalan kecil kesalahpahaman, pingin mencari jalan instant untuk meraih uang dengan korupsi, menipu, merampok bank.
Praktek di dunia akademik juga memperlihatkan ketidaksabaran civitas akademika, misalnya dengan membeli ijazah, membeli skripsi, curang menghadapi ujian dan lain sebagainya.

Semoga tulisan ini menyadarkan kita semua untuk sejak dini melatih kesabaran, karena kesabaran adalah pangkal kebaikan. Betapapun sulitnya hidup jika kita menghadapi dengan penuh kesabaran maka tidak mustahil tidak bisa mengatasi masalah hidup ini dengan indah. Kesabaran adalah bentuk penyikapan terhadap masalah. Bangsa ini harus melatihnya. Moga bangsa ini menjadi bangsa yang mempunyai kecerdasan kesadaran…amin

Oleh: M. Mukhlis Fahruddin*

0 komentar:

 
 
Copyright © KAHMI UIN Malang