20 Mei 2009
KAIRO -- Direktur Utama Dewan Tinggi Urusan Islam Kairo, Dr. Syahat al-Jundy, menekankan pentingnya dialog antara Islam dan Barat guna menumbuhkan hubungan baik antara keduanya sesuai aturan yang benar dan atas dasar saling menghormati dan saling memahami, serta menghilangkan standar ganda yang biasa digunakan dalam memahami "the other" baik oleh Islam maupun Barat.
"Munculnya fenomena 'Islamofobia' atau rasa takut terhadap Islam di dunia Barat merupakan hal yang paling memprihatinkan yang sedang dihadapi umat Islam, sebagai hasil dari pemahaman yang salah terhadap Islam, baik dari media maupun lewat 'metodologi ilmiyah' yang telah terekam dalam benak orang Barat bahwa Islam merupakan agama yang terbelakang, dan representasi dari radikalisme, terorisme, dan pengerusakan. Umat Islam harus membangun citra diri yang baik dan bijak dalam menghadapi tantangan serius ini," papar al-Jundy.
Menurutnya, merupakan tugas Dewan Tinggi Urusan Islam memberikan definisi yang benar tentang Islam baik kepada interen umat sendiri maupun kalangan luar Islam.
"Karena itu, lewat devisi yang ada seperti devisi Alquran dan sunnah, sirah dan sejarah, fiqih, pemikiran Islam, wanita, i'jaz Ilmiy fi Al-Qur'an, dewan berusaha memberikan pengertian yang benar tentang Islam baik ke dalam maupun ke luar umat Islam dengan metode yang mudah dan sederhana, jauh dari maslah-masalah perbedaan fiqih," ujarnya.
Dewan Tinggi Urusan Islam dalam upayanya ini juga telah menerbitkan beberapa buku dan ensiklopedia edisi bulanan dalam beberapa bahasa dunia.
"Dewan menggunakan berbagai media yang berbeda-beda. Kita melakukan dakwah Islam dalam beberapa bahasa ke beberapa negara Barat untuk memberikan pengertian yang benar tentang Islam," tuturnya.
"Kita berharap adanya hubungan yang terjalin kuat dengan organisasi Islam di berbagai negara Eropa dan Amerika. Dalam dewan, kita mempunyai devisi luar negeri. Kita melakukan kerjasama dengan berbagai organisasi dakwah Islam di Eropa dan Amerika, kita lakukan koordinasi dengan mereka dan mengundang mereka di beberapa muktamar yang dibuat oleh Dewan. Kita terus menjaga hubungan ini secara permanen dan selalu mencari tahu kesulitan yang sedang mereka hadapi dan mencari solusinya. Kita juga memberikan fasilats yang mereka butuhkan seperti pengadaan buku-buku Islam dengan terjemahan bahasa lokal," imbuhnya.
Sementara itu, dalam kegiatan dialog dengan Barat, Dewan selama ini juga telah melakukannya lewat devisi dialog dan divisi luar negeri yang diketuai oleh Dr. Ali as-Asaman dan beranggotakan para ulama dan pemikir handal Islam.
"Dialog adalah keniscayaan, tak ada cara lain. Dialog adalah strategi kita dalam membangun hubungan dengan Barat. Dialog merupakan media untuk saling memberi pemahaman yang benar, dan secara syar'i itu adalah kewajiban kita," jelas al-Jundy.
Dewan Tinggi Urusan Islam telah melakukan segala upaya untuk memberikan pengertian tentang Islam kepada Barat; Islam adalah agama damai dan bahwa Islam telah dipahami secara salah. Dewan selalu mendukung usaha organisasi Islam di Eropa sebagai ujung tombak dan juga sebagai duta bagi Islam di Barat.
kami kutip dari http://republika.co.id/berita/51517/Dialog_Antara_Islam_dan_Barat_Merupakan_Suatu_Kewajiban
Kategori
- Aneka (1)
- Artikel (39)
- Bahasa dan Sastra (1)
- Berita (22)
- Download (2)
- Filsafat (4)
- Galery (3)
- HMI (4)
- Info (7)
- Internasional (10)
- Islam (21)
- Islam Indonesia (2)
- Jatim (4)
- Kata Sang Tokoh (1)
- Kehidupan (5)
- Malang (1)
- Nasihat (1)
- Nasional (6)
- Opini (12)
- Pendidikan (21)
- Politik (11)
- Potik (2)
- Renungan (4)
- Sains dan Teknologi (6)
- Tasawuf (2)
- Tentang Kahmi (8)
- UIN MMI (7)
Dialog Antara Islam dan Barat Merupakan Suatu Kewajiban
Diposting oleh kahmi uin di 22.26
Label: Internasional, Opini
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar