Teologi Sabar

8 Agu 2007
Oleh: M. Fakhruddin

“Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar” (Qs.11:11).

”Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada diantaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar” (Qs.8:66)

Nasehat hati diatas bisa ditemui dalam pedoman hidup (way of life) umat Islam, Al-qur’an jauh-jauh hari telah memperingatkan kepada kita bahwa dalam menjalani hidup ini tidak semua berjalan mulus seperti apa yang kita inginkan, ada kendala, rintangan, cobaan yang beraneka ragam yang membuat kita sebagai makhluk yang dhoif terkadang mengeluh, putus asa, kurang percaya diri untuk menjalani hidup ini, tidak bersemagat dan lain sebagai, sehingga peran kita sebagai khalifah fil ardhi tidak berjalan. Biarlah kejadian/peristiwa itu terjadi tetapi yang perlu kita lakukan adalah menata hati menghadapi perstiwa yang sedang terjadi. Salah satu trik dan sekaligus solusi yang diajarkan Islam adalah dengan sabar.
Abu Hurairah r.a. berkata Rasulullah s.a.w. pernah bersabda “Tiada seorang muslim pun yang tidak mengalami penderitaan, kesiksaan, kebimbangan, dukacita, kemelaratan dan kesedihan sehingga cucukan duri yang mengenainya melainkan dihapuskan oleh Allah sebahagian daripada kesalahannya. (QS:Al-Imran:200). Kendala, problem, cobaan atau apapun namanya itu adalah keniscayaan bagi manusia hidup didunia.
Sabar terkadang masih jarang orang mampu melakukannya, dan juga terkadang salah penempatannya, sehingga menyebabkan kita salah dalam menjalani hidup ini, sabar seolah menjadi justifikasi untuk terima apa adanya, menyerah kepada keadaan, menyerahkan semua permasalahan kepada Allah tanpa adanya ikhtiar, dengan argumen ”ini semua sudah kehendak-Nya, kita sabar aja menjalaninya” kesalahan pemahaman menyebabkan tidak kreatif, solitif, progresif dalam menghadapai permasalahan. Lalu bagaimana sikap sabar seharusnya?

Pengertian
Sabar berarti menahan diri dalam menanggung suatu penderitaan, baik dalam menemukan sesuatu yang tidak diingini ataupun dalam bentuk kehilangan sesuatu yang disenangi” menurut al-Ghazali (1058-1111), ”sabar adalah suatu kondisi mental dalam mengendalikan nafsu yang tumbuh atas dorongan ajaran Islam”, sehingga sabar merupakan salah satu maqam (tingkatan) yang harus dijalani mendekatkan diri kepada-Nya. Dalam maqam yang harus dilalui, biasanya maqam sabar diletakkan sesudah zuhud. Keberhasilannya dalam maqam zuhud akan membawa ke maqam sabar. Dalam maqam sabar ini ia tida lagi tergoncang oleh penderitaan dan hatinya sudah betul teguh dalam menghadapi cobaan dari Allah SWT.
Sabar mempunyai tiga unsur, yaitu; Ilmu, hâl, dan amal. Yang dimaksud dengan ilmu adalah pengetahuan atau kesadaran bahwa sadar itu mengandung kemaslahatan dalam agama dan memberi manfaat bagi seseorang dalam menghadapi segala problem kehidupan. Pengetahuan yang demikian seterusnya menjadi milik hati. Keadaan hati yang memiliki pengetahuan yang demikian disebut hal. kemudian hal tersebut terwujud dalam tingkah laku. Terwujudnya tingah laku disebut dengan amal. Al-Ghozali mengumpamakan tiga unsur kesabaran itu laksana sebatang pohon. Ilmu adalah batangnya, hal cabangnya dan amal saleh adalah buahnya.

Sabar dan Iman
Sabar merupakan bagian dari iman, sabda Nabi Muhammad (Diriwayatkan Abu Nu’aim), Sabar itu sebagian dari iman. ”Tanpa kesabaran pembenaran terhadap dasar agama dan akan menumbuhkan amal sholeh, iman mempunyai dua unsur yaitu; yakin dan sabar. Yakin adalah pengetahuan yang pasti terhadap dasar agama yang terpangkal dari wahyu, sedangkan sabar adalah pratek dari kenyakinan. Apabila mudarat atau kerugian suatu maksiat serta manfaat kepatuhan kepada Allah SWT diketahui maka upaya untuk menjauhi maksiat dan mengamalkan perintah itu dilaksanakan atas dasar kesabaran. Dari sisi ini, sabar merupakan sebagian dari iman. Hubungan antara sabar dan iman, menurut Ali bin Abi thalib, laksana kepala dengan badan, badan tidak berarti tanpa kepala.
Keterkaitan sabar dengan iman mengakibatkan kadar kesabaran menjadi bertingkat-tingkat sebagaimana kadar iman. Abdus Samad al-palimbani membagi sabar atas tiga tingkatan, yaitu: 1) sabar orang awam (Tasabbur), yakni menerima hukuman Allah SWT; 2) sabar orang yang menjalani tarekat, yakni terbiasa dengan sabar; dan 3) sabar orang arif ( istibar), yakni merasa lezat dengan bala dan merasa rela dengan ikhtiar Allah SWT atas dirinya.

Sabar dan Syukur
Secara kebahasaan, ‘Asy-Syukr’ berarti ‘ucapan’, ‘perbuatan’, ‘sikap terima kasih’ (al-hamd), dan ‘pujian’. Dalam ilmu tasawuf istilah ‘syukur’ berarti ‘ucapan, sikap, dan perbuiata terima kasih kepada Allah SWT dan pengakuan yang tulus atas nikmat dan karunia yang diberikan-Nya. Menurut al-Ghozali syukur merupakan salah satu maqam (statiun/stage) yang lebih tinggi dari sabar, khauf/takut) kepada Allah SWT, dan lain-lain. Cara bersyukur ada tiga, 1) bersyukur dengan hati, 2) bersyukur dengan lidah, dan 3) bersyukur dengan amal perbuatan.
Sesungguhnya iman itu terdiri atas dua bagian: sebagian sabar dan sebagian syukur. Keduanya merupakan dua sifat dari sifat-sifat Allah dan dua nama dari al-asmaa-ul-husnaa, yaitu; ash-Shabuur dan asy-Syakuur. Maka kebodohan terhadap hakikat sabar dan syukur, sebenarnya adalah kebodohan daripada sifat-sifat-Nya. Allah telah menyifatkan orang-orang yang sabar, dengan beberapa sifat. Ia menambahkan lebih banyak derajat dan kebajikan kepada sabar. Ia menjadikan derajat dan kebajikan itu sebagai hasil (buah) dari sabar.. Allah berfirman:”Dan Kami jadikan di antara mereka itu beberapa pemimpin yang akan memberikan pimpinan dengan perintah Kami, yaitu ketika mereka berhati teguh (sabar). (QS. As-Sajadah : 24).
Orang tidak bisa dikatakan bersabar kalau dia tidak bersyukur dan begitu juga sebaliknya, orang tidak bisa dikatakan bersyukur kalau tidak bersabar. Ketika mendapat nikmat dia bersyukur dengan kesabarannya, artinya perilaku menikmati kenikmatan tetap terkontrol, begitu juga ketika mendapat cobaan, kondisi itu tetap disyukuri karena dia beranggapan “ini adalah nikmat yang terbesar yang pernah aku dapatkan". Apabila sabar dipandang dari sudut praktek yang menjadi pengejawentahan dari iman, ditemui dua hal yang bertentangan, yaitu manfaat dan mudarat. Dalam menghadapi manfaat, seorang muslim diperintahkan bersyukur dan dalam menghadapai mudarat diperintahkan bersabar. Dari sudut ini sabar juga merupakan sebagian dari iman, dan sebagiannya lagi adalah syukur
Seseorang yang pandai bersyukur akan senantiasa bertahtakan kesabaran, meski berada dalam ujian penderitaan. Apapun yang kemudian mereka dapatkan, mereka kembalikan kepada yang memberikan semua itu. Allah SWT sendiri memberi tanda kepada golongan orang-orang seperti ini, sebagaimana firman-Nya: "(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan 'Inna lillaahi wa Inna Ilaihi Raaji'uun'" (Al-Baqarah:156).
Berbagai sarana telah disediakan bagi tumbuhnya rasa syukur dan sabar dalam diri, baik berupa kenikmatan ataupun ujian, bertafakkur terhadapnya, ambil nilai hikmah, evaluasi diri dan melihat dari dekat ujian yang ditimpakan pada para mustad'afiin (sebagai Contoh), tuntutan menyempurnakan ikhtiar, selalu husnuzhan kepada Allah, jangan berputus asa dari rahmad-Nya. Keterbatasan harta, bagi mereka bukan sebuah bencana, kondisi fisik yang kurang sempurna bukanlah yang akan menghancurkan hidupnya, tetapi lebih merupakan ujian yang dijanjikan Allah Swt yang akan berbuah pada meningkatnya kualitas (kesadaran) iman, sehingga hidup tetap optimis untuk maju, bukan malah menyerah pada keadaaan dengan mengatakan “ini sudah takdir” atau “ saya sabar terima kondisi ini” tanpa sedikitpun melakukan perubahan. Orang yang sabar ketika dalam kesusahan tidak akan tampak padanya penyesalan dalam penderitaan, rasa putus asa dalam ujian, ingin berontak ketika diharuskan taat pada syari'at Tak ada kebencian di antara mereka. Kalaupun mereka menemukan hal, yang satu sama lain kurang berkenan, mereka akan lebih memilih saling memberikan taushiah (berwasiat) dengan penuh kebenaran dan kesabaran (QS.Al-Ashr:3)
Syukur berarti memaksimalkan potensi yang ada, punya fisik yang sempurna digunakan dengan baik, indra yang diberikan akan maksimal jika kita menyadari akan potensinya, kondisi sadar atas kepemilikan diri adalah konsep syukur, begitu juga kita diberi umur, kesehatan digunakan dengan baik, harta yang pas-pas-an digunakan se-efektif dan se-efisien mungkin, jika tidak mendapatkan itu semua manajemen selanjutnya adalah sabar dengan tetap memperhatikan potensi diri, memahami kondisinya, tetap stabil tidak larut dalam kesedihan atau kesenangan, tidak mudah putuh asa yang mengakibatkan stres atau depresi yang akan menimbulkan prilaku negatif, merugikan diri sendir bahkan orang lain, jadi bukan sabar yang ’bodoh’ tetapi penuh dengan kreatifitas, keteguhan, optimis jiwanya, tidak gampang terombang-ambing keadaan, Itulah kesadaran kita tetap on line dan tetap ter-up grade, yang memungkinkan untuk mengambil ketutusan dan tindakan secara bijaksana walaupun dalam situasi yang sulit sekalipun.
Orang yang tidak bisa bersabar dan bersyukur berarti dia dikejar tarjet diri sendiri, dia akan terpengaruh dengan lingkungan, dan yang demikian ini akan menyiksa kondisi psikologis dia. Kehidupanya dilingkupi kegelisahan, kehawatiran, mudah putus asa dan tidak optimis, takut miskin, takut hidup sengsara, takut hidup tidak terhormat, hidup pesimistis. Kasus korupsi tidak akan terjadi jika mengamalkan konsep ini. Firman Allah SWT:"...dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS. Ibrahim:7). Ayat ini merupakan isyarat adanya penyakit psikologis manusia yang di hantui oleh rasa tidak puas dan gampang goyah, yang ada dan kita miliki di maksimalkan.

Sabar dan Manajemen Diri
Sabar menurut al-Ghazali, yakni kesanggupan mengendalikan diri/pengendalian nafsu yang ada dalam diri manusia. Dalam upaya manusia tersebut dapat dibagi menjadi tiga tingkatan. 1) orang yang sanggup mengalahkan hawa nafsunya; karena ia mempunyai daya juang dan kesabaran yang tinggi; 2) orang yang kalah oleh hawa nafsunya; ia telah mencoba bertahan atas dorongan nafsunya tetapi kalah karena kesabarannya lemah; 3) orang yang mempunyai daya tahan terhadap dorongan nafsu, tetapi suatu ketika kalah karena dorongan nafsunya besar. Meskipun demikian, ia bangun lagi dan terus tetap bertahan dengan sabar atas dorongan nafsu tersebut.
Pendapat lain mengatakan sabar itu ada dua bagian: Pertama, bagian badaniah, seperti menanggung kesukaran dengan badan dan tetap bertahan atas yang demikian. Dan ini adakalanya dengan perbuatan, seperti mengerjakan perbuatan-perbuatan yang sukar. Adakalanya dari perbuatan-perbuatan ibadah dan bukan ibadah. Adakalanya dengan penanggungan seperti sabar dari pukulan keras, sakit parah dan luka-luka besar. Kedua, kalau adalah sabar dari nafsu syahwat perut dan kemaluan, maka dinamakan â˜iffah (pemeliharaan diri).
Setiap kata yang terambil dari akar kata shod, ba', dan ra' maknanya berkisar dalam tiga hal. Yaitu "menahan", "ketinggian sesuatu" dan "sejenis batu". Kita coba ambil salah satunya, yaitu menahan. Maka orang sabar adalah orang yang paling bisa menahan. Termasuk menahan diri ketika dalam keadaan lapang. Sebab, "tidak jarang orang dalam kesempitan bisa bersikap sabar tetapi dalam kelapangan susah untuk sabar"Sabar berarti menyadari apa yang telah terjadi, ketika mendapat musibah kita mengkontrol diri untuk stabil dan menyadari semuanya, bukan kita terus jatuh dalam kondisi yang tidak kita harapakan. Sabar mengajarkan kita menempatkan diri secara proposional/pada fungsi dan setuasi yang beragam.
Ketika sabar pada musibah, maka disingkatkan saja atas nama sabar, lawannya adalah gelisah/keluh kesah. Kalau sabar itu pada membawakan kekayaan dinamakan mengekang diri/meredahkan diri, lawannya dinamakan sombong dengan kesenangan (al-bathar). Kalau sabar pada peperangan dinamakan berani, lawannya pengecut. Kalau sabar itu dalam menahan amarah dinamakan lemah lembut, lawannya ialah at-tadzammur (pengutukan diri kepada yang sudah hilang). Kalau sabar itu pada suatu pergantian masa yang membosankan maka dinamakan lapang dada, lawannya mangkal hati dan sempit dada. Kalau sabar itu pada menahan diri dari kehidupan dunia maka dinamakan zuhud. Maka yang terbanyak dari akhlak iman itu masuk dalam sabar. Karena itulah, pada suatu kali Nabi s.a.w. ditanyakan tentang iman, lalu beliau menjawab: Ialah sabar. Karena sabar itu yang terbanyak dari amal-perbuatan iman dan yang termulia dari amal perbuatan itu.
Jika dalam keadaan sakit maka sabar ini bagaikan autosugesti atau autohealing (self healing) yaitu penyembuhan diri sendiri, karena hal ini akan memberikan energi positif (mentalitas) dalam diri yang mampu meningkatkan ketahanan tubuh (hormon Imunitas tubuh) akan meningkat, hasil penelitian menyatakan bahwa pengobatan secara medis hanya mampu memberikan sumbangsih penyembuhan sebesar 25%, 75 % dari mentalitas dan spiritual. Dalam menghadapai problem hidup sabarlah yang membangkitkan kita.
Keadaan yang sulit kita hadapi dengan sabar berarti kita hadapi dengan kesadaran penuh, keteguhan hati untuk tetap stabil, istigomah, tawakal tapi tetap ikhtiyar artinya jika kita miskin kita tidak boleh ambil jalan pintas dengan cara korupsi, melakukan riba, menipu, merampok, atau bunuh diri dan lain sebagainya untuk melepaskan diri dari keadaan yang menimpa. Sabar adalah pengendali hidup, pengotrol perilaku negatif, kunci kebaikan. Sabar adalah siklus hidup, sabar adalah sebuah proses pencerah, sebuah proses kemandirian, keteguhan, sabar adalah sebuah cermin seseorang yang mempunyai spektrum berpikir yang luas, dimana dalam situasi yang sulit kondisi emosi tetap stabil sehingga dia bisa mengambil keputusan dengan tetap, sabar adalah bijaksana.
Kesabaran memungkinkan kita untuk selalu sadar terhadap apa yang telah terjadi pada diri kita, misalanya cobaan, dengan kondisi yang stabil (sabar) tidak emosional memungkinkan kita masih bisa mengkontrol indra kita yang lain termasuk juga akal kita, sehingga lepas dari cobaan kita punya kecerdasan untuk menggambil hikmah dan selanjutnya dengan seluruh potensi yang ada bangkit segera memperbaiki diri, inilah sabar yang sesungguhnya, sabar yang kreatif, solutif, pantang menyerah. Sabar bukan meyerah pada keadaan tanpa ada upaya untuk bangkit, dan tanpa tau kalau kita memang selalu diberi kesempatan untuk beramal, berkarya lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Firman Allah Ta'ala (artinya): Tiada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (At-Taghabun: 11). Petunjuk kepada hati berarti jika kita tidak tengelam dalam permasalahan hidup, tidak menikmati keminiman hidup tapi memaksimalkan hidup, niscaya kita akan selalu menemukan solusi problem yang ada, itulah sabar yang cerdas. karakteristik permasalahan kehidupan dan kesulitan kehidupan cuma dua. Yaitu, kalau bukan ujian, ya, azab. Ikhlas, sabar, syukur, adalah tiga kunci utama dalam menjalani kehidupan ini.

Sabar dan Ikhlas
Ikhlas adalah membersihkan sesuatu hingga bersih, ikhlas melakukan sesuatu karena Allah. Menurut para sufi Ikhlas merupakan syarat sah Ibadah, sedangkan menurut ahli fiqh tidak demikian, jika amal merupakan badan jasmani, ikhlas adalah jiwanya. Ikhlas juga berarti apa yang sekarang ini kita dapatkan adalah hasil tingkah laku yang dulu kita kerjakan.
Kesabaran mengandung keihlasan, kondisi yang tidak kita sukai menuntut kita untuk bersabar menerima keadaan itu tetapi juga kita dituntut untuk ikhlas menerima semua yang telah menimpa kita. Misalnya kita berusaha membantu kaum miskin, tetapi apa yang kita dapat malah kita terkena fitnah, kita dituduh memberikan uang suap kepada warga. Kita tidak boleh mengeluh dengan balasan yang kita terima yang tidak sebanding dengan pengorbanan kita, peristiwa yang tidak kita sukai kita harus sabar, dan usaha yang telah kita lakukan kita harus ikhlas. ”ya dasar nasib, berbuat baik malah dapat celaka” ungkapan ini tidak akan terjadi jika sikap sabar dan ikhlas ada dalam diri kita.
Ujian kesabaran terberat adalah ketika kita mendapatkan pujian. Ingat! Setiap pujian yang tidak dikembalikan kepada Allah itulah yang disebut ujub, atau kita mengaharapkan imbalan dengan menyebut-nyebutnya dari apa yang pernah kita lakukan itu riya’. Dan terkadang kita terjebak dengan sikap sombong. Etikanya, setiap kenikmatan yang kita dapatkan harus senantiasa dikembalikan kepada Allah, karena semuanya adalah pemberian dan milik Allah SWT, dan yang kita lakukan juga karena-Nya. Minimal dengan selalu mengucapkan ’hamdalah’ walau seharusnya dia mewujudkan rasa syukur itu dengan perbuatan dan keikhlas dengan tulus

Sabar dan Sholat
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (QS.al-Baqoroh{2}; 45)”
Sholat merupakan latihan (gerakan)statis tentang sabar. Sholat punya gerakan, punya bacaan yang kesemuanya kita harus bersabar sesuai dengan gerakan rikmiknya dengan menyertakan bacaan, jadi gerakan kita tidak tergesa-gesa, jika kita berjama’ah maka kita harus bersabar mengikuti imam, walau ritmik (waktu) gerakannya tidak sesuai dengan kita.dalam sholat juga kita harus khusu’, konsep khusu’ menurut al-Ghozali adalah; kita harus menyadari apa yang kita baca dan menyadari gerakan tubuh kita.
Gerakan statis yang dilatihkan dalam sholat diharapkan mampu menjadi gerakan dinamis dalam kehidupan sehari-hari. Sholat berarti melatih kesadaran kita dalam hidup sehari-hari, sholat adalah latihan kesadaran statis, hal ini akan diteruskan menjadi gerakan (dinamis) kesadaran dalam hidup yang akan berakibat amar ma’ruf nahi mungkar. Demikian juga sebaliknya kesabaran adalah bagian dari kesadaran, kesadaran akan kondisi emosi kita, kesadaran akan hawa nafsu kita, kesadaran akan kondisi yang telah menimpa kita dan lain sebagainya. Keindahan sabar akan terlihat apabila kita bisa menjauh/mencegah diri mengerjakan perkara-perkara mungkar walaupun kita berpeluang melakukannya. Terkadang orang mengaku bahwa dirinya akan bersabar dari melakukan kejahatan dan kemungkaran, berjanji akan sabar terhadap suatu perkara anggapan ini mungkin benar ketika kita tidak berpeluang. Tetapi bagaimana kalau sekiranya kita malah diberi tawaran dan kemudahan untuk melakukan kemungkaran?

Tingkatan Kesabaran
Nabi SAW membagi sabar atas tiga tingkatan, yaitu; Pertama (Terendah) kesabaran dalam menghadapi musibah, Kedua (pertengahan) kesabaran dalam mematuhi perintah Allah, dan ketiga (tertinggi) kesabaran dalam menahan diri untuk tidak melakukan maksiat. (HR. Ibnu Abi ad-Dunia). hal ini menunjukan untuk menundukan diri dari nafsu adalah yang paling sulit, dan kebanyakan orang terjebak olehnya, misalnya orang tidak sabar dengan kemiskinan yang melanda dirinya akhirnya ia melakukan korupsi. Konsekuensi sulitnya kita bersabar, maka Allah SWT akan membalas kesabaran dengan pahala yang tidak terkira besarnya (QS.28:54 dan QS. 39; 10)
Hadis keutamaan sabar, diriwayatkan at-Tabrani, Nabi SAW bersabda, ”kalaulah kesabaran itu berwujud seorang lelaki, niscaya ia akan menjadi orang mulia dan Allah menyukai orang-orang yang sabar.”dalam hadits lain diriwayatkan al-Tirmidi, disebutkan. ”sabar terhadap sesuatu yang engkau benci merupakan kebajikan yang besar”.
Diriwayatkan âl˜Athaâ dari Ibnu Abbas, bahwa ketika Rasulullah s.a.w. masuk ke tempat orang-orang Anshar, lalu beliau bertanya: Apakah kamu ini semua orang beriman?. Semua mereka diam. Maka menjawab Umar r.a.: “Ya, wahai Rasulullah!. Nabi s.a.w. lalu bertanya: Apakah tandanya keimanan kamu itu? Mereka menjawab: Kami bersyukur atas kelapangan. Kami bersabar atas cobaan. Dan kami rela dengan ketetapan Tuhan (qadha ). Lalu Nabi s.a.w. menjawab: Demi Tuhan pemilik Kaâbah! Benar kamu itu orang beriman!. Nabi s.a.w. bersabda: Pada kesabaran atas yang tidak engkau sukai itu banyak kebajikan. Isa Al-Masih a.s. berkata: Engkau sesungguhnya tiada akan memperoleh apa yang engkau sukai, selain dengan kesabaranmu atas apa yang tiada engkau sukai.
Adapun atsar, maka di antaranya ialah terdapat pada surat khalifah Umar bin al-Khatab r.a. kepada Abu Musa Al-Asyâri r.a., yang bunyinya di antara lain: “Haruslah engkau bersabar! dan ketahuilah, bahwa sabar itu dua; yang satu lebih utama dari yang lain: sabar pada waktu musibah itu baik, dan yang lebih baik daripadanya lagi, ialah sabar (menahan diri) dari yang diharamkan Allah Taâala. Dan ketahuilah, bahwa sabar itu yang memiliki iman. Yang demikian itu, adalah bahwa takwa itu kebajikan yang utama. Dan takwa itu diiringi dengan sabar. Ali r.a. berkata pula: Sabar itu dari iman, adalah seperti kedudukan kepala dari tubuh. Tidak ada tubuh bagi orang yang tidak mempunyai kepala. Dan tidak ada iman, bagi orang yang tiada mempunyai kesabaran.
Adalah Habib bin Abi Habib Al Bashari, apabila membaca ayat: ”Sesungguhnya dia (Ayub) kami dapati, seorang yang sabar. Seorang hamba yang amat baik. Sesungguhnya dia tetap kembali (kepada Tuhan)(QS. Shad : 44), lalu beliau menangis dan berkata: “Alangkah menakjubkan! Ia yang memberi dan Ia yang memujinya, sabar itu suatu maqam (tingkat) dari tingkat-tingkat agama dan suatu kedudukan dari kedudukan orang yang berjalan menuju kepada Allah (Shaalikiin). Dan semua maqam agama itu hanya dapat tersusun baik dari tiga hal: mâ’rifah, ahwal dan amal. Maka mâ’rifah itu adalah pokok, dialah yang mewariskan ahwal; dan ahwal itu yang membuahkan amal.Mâ’rifah itu adalah seperti pohon kayu, ahwal adalah seperti ranting, dan amal seperti buah, dan ini terdapat pada semua kedudukan para shaalikiin. Seperti demikian pula sabar. Tiada akan sempurna sabar itu selain dengan mârifah yang mendahuluinya dan dengan ahwal. Adapun insan itu, maka sesungguhnya ia diciptakan pada permulaan masa kecilnya tanpa keinginan selain keinginan makan. Kemudian lahirlah keinginan bermain, berhias, kemudian nafsu-kawin.
Dari hadis diatas sabar didudukkan sebagai sebuah kebaikan yang besar, karena dampak orang yang bersabar akan mampu mengontrol perilakunya kepada kebaikan, dengan catatan dengan pemahaman yang benar. Pemahaman konsep sabar memang harus disertai dengan konsep manajemen diri yang lain, misalnya tawakkal, Istiqomah, ikhtiar, ikhlas, zuhud, qonaah dan lain sebagainya, kesemuanya tidak bisa dipraktekan secara parsial.
Semoga kesabaran bisa kita dapat, semoga kita juga sabar menjalani proses ini untuk menuju ke pencerahan, sabar menempa diri untuk menjadi sng pembaharu. Amin. Wallahu a’lam bis sholab

Daftar Pustaka
Al-Ghozali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad. 1939. Ihya’ ’Uluml ad-din.; Mustafa al-Halabi. Cairo
Al-Qur'an Digital. Versi 2.0
Al-Qusyairi, 1959. Abu al-Qasim abdul Karim, ar-Risalah al-Qusyariyah. Mustafa al-Babi al-Habibi,Cairo
Artikel lepas. Konsep Sabar Menurut Islam. www. assunnah.or.id
Qarni ’Aidh. 2005. La Tahzan (Jangan bersedih; terj: Samson Rahman) . Qisthi Press. Jakarta. Cet. XVIII
Team Ensiklopedi. 2005. Ensiklopedi Islam. PT. Ikhtiyar Baru Van Hoeve. Jakarta.




0 komentar:

 
 
Copyright © KAHMI UIN Malang