30 Mei 2010
KahmiUIN - Sejumlah kiai sepuh NU Se Jawa Timur menyatakan prihatin atas kepengurusan PBNU. Sebab, Muktamar NU ke 32 yang memilih Rais Am KH Sahal Mahfud dan Ketum PBNU Prof Said Agil Siraj. Sebab, dianggap menyalahi mekanisme pembentukan kepengurusan. Selain itu, komposisi PBNU tidak sesuai dengan amanat Khittah NU 1928 yang berazas ahlusunnah wal jamaah. Untuk itu, para kiai berencana bertemu Rais Am untuk membahas polemik tersebut.
Sekitar 14 kiai sepuh berkumpul di Pondok Pesantren Tebu Ireng Kecamatan Diwek, Sabtu (29/5) kemarin. Mereka bersilaturahmi dan membahas polemik yang timbul dari kepengurusan PBNU. KH Miftachul Akhyar, Rois Syuriah PWNU Jatim usai pertemuan pada sejumlah wartawan, mengatakan, kepengurusan PBNU tidak lagi sesuai dengan format Aswaja NU. ''Yang tampak malah "pelangi" dan warna-warni," kata KH Miftachul Akhyar.
Dari perbincangan dengan para kiai sepuh ini, menyimpulkan sebagian anggota PBNU, hasil Muktamar NU ke 32, kurang layak menempati kepengurusan. ''Beberapa diantara anggota pengurus tidak dikenal sebagai kader NU dan termasuk aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL)," sebutnya.
Selain itu, ditemukan anggota yang selama ini sering membela kepentingan orang-orang yang dianggap komunis dan berfaham kekiri-kirian. Ada pula anggota pengurus sebagai pembela dan berfaham syiah.
KH Miftachul Akhyar menilai kondisi demikian meresahkan para kiai sepuh. Sebab, membahayakan dan mengancam aqidah yang selam ini dibela dan diperjuangkan NU. ''Bukan hanya JIL tapi begejil ada disitu (kepengurusan PBNU)," katanya.
Kiai berkacamata ini menyebutkan pertemuan yang dilakukan ini bukan untuk menelurkan kesepakatan mengadakan Musyawarah Luar Biasa NU. Namun, pertemuan para kiai sepuh tersebut bisa menjadi landasan atas usulan perbaikan kepengurusan yaitu dengan MLB. ''Ini non struktural. Nanti teman-teman struktural pasti tahu," kata pengasuh pondok Pesantren Miftachusunnah Surabaya ini.
Sementara itu, Pengasuh Ponpes Tebu Ireng, KH Sholahuddin Wahid atau Gus Solah, mengatakan, forum pertemuan yang dilakukan tersebut belum menghasilkan sikap apapun terhadap wacana MLB NU yang selama ini berkembang. Malah, sebagai tindak lanjut pertemuan tersebut, Gus Sholah-sapaan akrab KH Sholahudin Wahid menginginkan mengadakan pertemuan lanjutan. ''Kami ingin bertemu dengan Rais Am (KH Sahal Mahfud)," kata Gus Solah.
Sebelum pertemuan, Gus Solah secara pribadi menyampaikan, pertemuan yang dilakukan bukan untuk melakukan perlawanan terhadap kepengurusan PBNU hasil Muktamar ke 32. ''Jika ada MLB itu biaya sosialnya terlalu tinggi," ungkap adik dari Alm KH Abdurahman Wahid ini.
Meski begitu, dirinya tidak melarang jika ada sikap untuk mendorong MLB. ''Jika sampai 50 % plus satu, saya tidak melarang," imbuhnya.
Katanya, pertemuan tersebut digagas oleh KH Miftachul Akhyar dengan Ponpes Tebu Ireng sebagai tempat pertemuan. Adapun kiai yang hadir pada pertemuan tersebut adalah KH Abdullah Faqih, KH Solahudin Wahid, KH Nawawi Abdul Jalil, KH Zainudin Jazuli, KH Khotib Umar, KH Miftakhul Akhyar, KH Anwar Iskandar, KH Nuril Huda Jazuli, KH Hafid Usman (Jabar), KH Agoes Ali Masyhuri, KH Nuril Huda (Jakarta), KH Basori Alwi, KH Muwafiq (Jogja), KH Muhyidin. (fen/lal) (jawapos.co.id)
Kategori
- Aneka (1)
- Artikel (39)
- Bahasa dan Sastra (1)
- Berita (22)
- Download (2)
- Filsafat (4)
- Galery (3)
- HMI (4)
- Info (7)
- Internasional (10)
- Islam (21)
- Islam Indonesia (2)
- Jatim (4)
- Kata Sang Tokoh (1)
- Kehidupan (5)
- Malang (1)
- Nasihat (1)
- Nasional (6)
- Opini (12)
- Pendidikan (21)
- Politik (11)
- Potik (2)
- Renungan (4)
- Sains dan Teknologi (6)
- Tasawuf (2)
- Tentang Kahmi (8)
- UIN MMI (7)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar