Pilgrimage and the History of Religions; Theoritical Approaches to The Hajj

8 Agu 2007
(Pendekatan Teoritis terhadap Haji; Telaah atas karya William R. Roff)
oleh: M Fakhruddin

Ibadah haji dilakukan oleh kaum muslimin pada bulan Dzulhijjah, bertempat di kota Makkah dalam setiap tahunnya kaum muslimin dianjurkan untuk melakukan ibadah ini, bagi yang mampu. Mereka secara suka rela berbondong-bondong munuju kota Makkah untuk melakukan ritual ini. Dari fenomena ini ternyata menarik perhatian William R. Roff.

Roff menganggap sangat perlu melakukan pengkajian terhadap haji karena menurut dewasa ini hanya terdapat sedikit usaha dikalangan ahli agama-agama untuk membuat kategori-kategori analitis-sosiologis, psikologis, materialis, antropologis, atau yang lainya, untuk menjelaskan fenomena keagamaan atau menunjukan makna fenomena tersebut bagi orang lain. William R. Roff mencoba untuk menemukan beberapa cara untuk menggambarkan ekspresi dari para pemeluk agama dengann pendekatan teori.
Roff mengkaji penelitian terdahulu tentang haji, misalnya; karya Cantwell Smith, Jacques Waardenburg, Hurgronje, Wensink, Arnold Van Genep dan Victor Turner. Ruanglingkup pembahasan Roff adalah ibadah haji, yang dijelaskan secara teoritis dengan memakai teori Van Gennep dan Turner yang disebut dengan rites de passage.
Pelaksanaan ibadah haji yang suci, dengan serangkaian (tahapan) ritus yang diatur sedemikian rupa, hal ini dapat direduksi dalam pengertian menjadi tiga tahap: pra-pelaksanaan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan, atau pemisahan (separation), transisi (transition), dan kebersamaan (aggregation). Ketiga tahapan inimenujukan bahwa haji dalam berbagai tradisi keagamaan dapat dipandang sejalan dengan hal ini, tidak hanya haji dalam agama Islam.Penelitian william Roff ini memberikan sumbangan keilmuan terhadap kajian mengenai teori haji yang nantinya digunakan sebagai alat analisis sejarawan, juga memberikan kerangka teori dalam menjelaskan atau menjawab pertanyaan mengenai peran dan fungsi sosial maupun politik yang dapat dipahami dari ritual haji.
Penelitian William R. Roff, dimulai dengan mengungkapkan fenomena haji, menganalisis dengan teori rites de passag Genep dan Turner. Selanjutnya menganalisi proses ibadah haji berdasarkan tiga tahapan menurut Genep, dan Roff juga melakukan kritik terhadap Turner.

Problem (kegelisahan akademik)
Penelitian Roff didasari oleh miskinnya teori dan metodologi ilmu-ilmu sosial dalam melihat fenomena keagamaan khususnya haji. Disamping itu Roff menganggap kurangnya perhatian tokoh-tokoh agama dalam membuat analisis dan mengkategorikannya yang tentunya hal itu akan bermanfaat dalam menjelaskan fenomena keagamaan.
Menurut Roff dalam menjelaskan makna fenomena keagamaan, khususnya yang berkaitan dengan aspek-aspek prilaku sosial , perlu adanya alat analisis yang relevan dengan fenomena tersebut, karena hal itu akan memudahkan mencari makna dari ritual tersebut, dan menginformasikan secara spesifik fungsi sosial dari praktek ritual yang diteliti.

Pentingnya Topik Penelitian
Penelitian ini penting untuk menjelaskan makna dari fenomena keagamaan kasus dakam hal ini adalah haji. Nilai lainya adalah perlu dibangunnya metode penelitian tentang fenomena keagamaan yang mempunyai relevansi dengan alat analisis sejarawan sebagai sarana memahami prilaku sosial, ritus-ritus keagamaan, dan peran serta fungsi sosial politik yang dapat dimengerti dari suatu praktek ritual keagamaan.

Hasil Penelitian Terdahulu
William R. Roff telah menelaah karya-karya penelitian sebelumnya misalnya; karya Cantwell Smith, Jacques Waardenburg, Chistiaan Snouck-Hurgroje, A.J Wensink, Arnold van Gennep, dan victor turner.
W.C Smith mengemukakan bahwa harus ada kajian yang memuaskan antara tradisi akademis barat dengan tradisi agama, sehingga pernyataan-pernyataannya bisa memuaskan kedua belah pihak. Sementara itu Jacques Weaedenbrurg mencatat munculnya epistemologi baru dalam kajian-kajian keislaman dengan menjelaskan secara rinci beberapa pertanyaan yang diajukan oleh data keagaman islam dibawah pengaruh ilmu-ilmu sosial.
Snock hurgronje, menurut Roff adalah islamolog yang paling mempunyai pretensi politis dan penulis profilik tentang haji. Sedangkan A.J Wensinck menjelaskan secara pengaruh spriritual ibadah haji.
Arnold van Geenep berpendapat bahwa dia menemukan suatu kerangka untuk menuliskan pandangannya tentang serangkaian ritus-ritus keagamaan yang disebut rites de passage ini berpendapat ini terdapat tiga tahap yaitu; pra pelaksanaan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan atau pemisahan (separation), transisi (transition), dan kebersamaan (aggregation). Sedangkan Victor Turner telah melakukan banyak analisis mengenai proses pelaksanaan ibadah haji, ia membicarakan hakikat dan watak tahap ‘ persiapan’ yang penting dalam keseluruhan proses pelaksanaan ibadah haji. Calon haji dianggap telah berusaha keluar dari lingkungan stukturalnya sosial yang mereka alami sebelumnya san suatau afirmasi terhadap tatanan sosial yang baru, turner juga menyinggung masalah ambiguitas perjalanan ibadah haji, dimana pada satu sisi ibadah haji menjadi lebih sakral dan disisi lainya menjadi sekuler.

Metode Penelitian dan kerangka konseptual

Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi, dengan metode vestehn, yaitu pemahaman tentang gagasan dan perasaan orang atau masyarakat melalui manifestasi-manifestasi empirik kebudayaan. Dalam kasus ritual haji, Roff telah menelusuri dan memahami secara mendalam makna-makna dibalik simbol-simbol perbuatan yang diekspresikan dalam ritus, dengan pola yang general dan pola partikular.
Dalam menganalisis fenomena haji, Roff mengunakan kerangka teori dari Arnold van genap, Ritus de Passage dan Teori Turner tentang liminalitas. Kedua teori ini untuk menganalisis rangkaian ritus haji, dan prilaku kaum muslim haji sendiri. Tiga tahap dari ritus de passege yaitu; pra pelakanaan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan atau pemisahan (separation), transisi (transition), dan kebersamaan (agregation) menunjukan bahwa haji dalam berbagai transisi keagamaan dapat dipandang sejalan dengan pola ini, artinya hal ini tidak hanya berlaku bagi ibadah haji dalam agama Islam saja, tetapi terdapat juga dalam tradisi agama-agama lain diluar Islam.
Roof berpendapat, Dalam masa persiapan ibadah haji, terjadi pemisahan (sparation) secara simbolik antara calon haji dengan masyarakat disekelilingnya. Seorang calon haji harus melepas diri dari masa lalunya, pelepasan haji cenderung mempunyai watak yang testamental atau bahkan mengingatkan kepada kematian. Seorang calon haji berpamitan, minta maaf kepada keluarga, relasi tetangga dan lainya, adanya selamatan untuk mendoakan calon haji agar selamat ditujuan dan pulangnya menjadi haji yang mabrur.
Tahap selanjutnya adalah transisi, atau liminasi (pelaksanaan) bermula ketika beribadah haji mulai dilaksanakan, para jamaah haji memakai baju ihram, membaca talbiyah dan melakukan ritual secara bersama-sama. Kegiatan komunitas secara bersama-sama ini, menurut Turner menyimbulkan ‘suatu keterikatan yang muncul secara spontan dan dibangun secara normatif di antara manusia yang sejajar dan seimbang, bersifat total dan terindividualkan, lepas dari atribut-atribut struktural’
Tahap berikutnya, yaitu pasca pelaksanaan, atau kebersamaan (aggregates) terjadi ketika jamaah haji pulang ke tempat asal. Mereka biasanya berbeda penampilan lahiriyahnya, dan disertai dengan gelar ‘haji’. Disinilah menurut Turner seorang haji mendapatkan posisi dan keadaan baru.

Ruang Lingkup dan Istilah Kunci Penelitian
Kajian William R. Roff ruang lingkupnya adalah ibadah haji, yang dijelaskan secara teoritis dengan memakai teori van Genep dan Turner, rites de pessage, dapat direduksi dalam sat pengertian menjadi tiga tahap yaitu pemisahan (Separation), Transisi (transition), dan kebersamaan (aggregates), serta posisi (posisition), dan keadaan (state).




0 komentar:

 
 
Copyright © KAHMI UIN Malang