Bukan Golden Triangle atau Golden Bridge tapi Golden Society

16 Apr 2009
Setelah pemilu legeslatif (pileg) usai, kini wacana baru telah berkembang dikalangan elit politisi Indonesia dengan munculnya dua kelompok besar yang menamakan dirinya dengan Golden Bridge dan Golden Triangle. Isu sementara golden bridge dihuni oleh partai Demokrat, PKS, PKB, dan PAN, sedang untuk golden Triagle ada PDIP, PPP, Gerindra, HAnura, dan Golkar. Sedang golkar sendiri sepertinya masih dalam persimpangan layaknya orang yang belum punya pedoman yang kuat. Dua kelompok tersebut jelas bergerak ke arah pemilu selanjutnya yaitu Pilpres (pemilu presiden) yang akan dilaksanakan pada bulan juni mendatang.

Mesti perhitungan KPU tentang hasil pilek belum tuntas, tapi prediksi dari para pengamat diyakini tidak akan meleset jauh dari perhitungan sementara yang ada atau hasil perhitungan cepat (Quick Qount). Kondisi seperti ini yang menjadi dasar mereka melakukan lobi-lobi kanan kiri untuk melangkah pada suksesi pilpres, terlebih dengan deal-deal politik yang dapat dilakukan dalam menjalankan pemerintahan yang akan datang.

Golden Bridge dan Golden Triangle wajar terjadi dalam situasi politik demokrasi, tapi jika melihat gerak gerik politisi dan harapan masyarakat bisa jadi hal ini akan menghawatirkan bagi nasib bangsa khususnya menyangkut masalah yang paling krusial adalah kemakmuran rakyat.

Bagi masyarakat yang terpenting adalah golden society bahkah golden civilization. Sebuah masyarakata yang kuat, jaya, terhormat baik dari segi ekonomi, sosial, budaya, dsb, layaknya seperti emas.

Siapapun yang mempunyai peluang lebih besar untuk jadi pengemban amanah negeri ini, bukan sebagai penguasa, maka lebih utama adalah mengedepankan bergabung bersama Golden Society yang didalamnya komitmen untuk mengurangi dengan pasti tangisan kemiskinan, kebodohan, kerendahan moral dsb.